Sang Pangeran Anis Mata dan Teori Konspirasi


“Sang Pangeran” Anis Mata, akhirnya ditasbihkan menjadi penguasa di dalam PKS, dan menjadi presiden partai. “Sang Pangeran” yang menjadi “anak emas” Ketua Dewan Syuro Hilmi Aminuddin, konon di pilih oleh Majelis Syuro PKS, menggantikan Luthfi Hasan Ishak, yang sekarang menjadi penghuni RTM (Rumah Tahanan Militer) Guntur.

“Sang Pangeran” yang sudah menjadi Sekjen lima kali, pengangkatannya sebagai presiden, seperti menjadi klimak dari karirnya di PKS. Pria lulusan LIPIA Jakarta itu, sering memukau para kadernya, ketika berorasi dan saat memberikan taujih (arahan) di depan para kadernya.

“Sang Pangeran” sangat fasih memilih dan menggunakan kata-kata, dan dikenal “cerdik”, mengalihkan, dan memalingkan kadernya, yang sudah banyak gundah, melihat trend dan masa depan PKS yang terus terpuruk.

Bagi kalangan luar, dan bahkan kader, sangat sulit memahami akan peristiwa yang dialami mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishak, yang ditangkap dan ditahan oleh KPK, serta dijebloskan ke dalam tahanan RTM Guntur.

Mungkinkah Luthfi Hasan Ishak melakukan tindakan yang sangat terkutuk itu? Luthfi Hasan Ishak menjadi simbol, ikon, dan idola sebuah Gerakan Dakwah, yang menjadi tumpuan dan harapan dari kalangan muda idealis, yang menginginkan perubahan. Tetapi, tertangkap tangan oleh KPK, disertai bukti uang Rp1 miliar dan perempuan.

Peristiwa ini benar-benar menjadi tsunami politik bagi PKS. Tertangkapnya Luthfi Hasan Ishak, sekarang diputar oleh “Sang Pangeran”, agar menjadi berkah dan membangkitkan kembali ruh dan semangat kader, dipompa semangtnya, emosinya diaduk-aduk dengan retorika politik, dan menggunakan pilihan kata yang dianggap sangat jitu yaitu, “konspirasi”.

“Sang Pangeran” di kantor DPP PKS, di Jalan Simatupang, saat usai diumumkan menjadi presiden Partai, “Sang Pangeran” berhasil membuat hadirin, yang sebagian besar para “ambtenar” partai , mendengar pidatonya mereka mengeluarkan cucuran air mata. Luar biasa kemampuan  “Sang Pangeran” mengelola peristiwa yang sangat destruktif terhadap PKS, kemudian diubahnya menjadi berkah dan membangkitkan emosi yang menggelegak dikalangan kader, dan hanya dengan satu kata, “konspirasi”.

Peristiwa hitam pekat yang menimpa tokoh utama PKS, Luthfi Hasan Ishak yang menimbulkan berbagai perasaan, pikiran, dan pendapat dari kalangan kader, tokoh Ormas Islam, dan berbagai kalangan itu, kemudian disusunlah sebuah skenario, rekaan cerita, dan analisa, yang dirangkai, yang kemudian disampaikan melalui mekanisme internal parti dialirkan secara tersetruktur, bahwa Luthfi Hasan Ishak, menjadi korban konspirasi Amerika Serikat, Yahudi, dan fihak Cikeas.

Langkah strategis “Sang Pangeran” yang membuat exit plan, seakan mujarab dengan pilihan tentang terjadinya peristiwa besar dibalik tertangkap dan ditahannya Lutfhi Hasan Ishak sebagai konspirasi berbagai fihak. Disebutkan Zionis, Amerika Serikat, Demokrat dan Cikeas.

Nampaknya, langkah exit plan, guna menyalamatkan kapal PKS agar tidak karam, sistem “depend system” (sistem pertahanan) yang dimunculkan “Sang Pangeran”, nampaknya dalam jangka pendek berhasil, karena seluruh jajaran kader PKS, menyakini apa  yang disampaikan oleh “Sang Pangeran”, sebagai sangat logis, apalagi dibumbui menjelang pemilu 2014.

“Sang Pangeran” mengurai ceritanya dimulai dari penolakan Menteri Pertanian Suswono yang menolak import daging dari Amerika Serikat, yang kemungkinan dicampur dengan daging babi, dan kemudian Amerika Serikat menekan Cikeas, dan kemudian Cikeas mendorong KPK, melakukan penangkapan dan penahanan terhadap Luthfi Hasan Ishak.

Rekaan cerita ini disebarkan secara terstruktur, dan telah disosialisasi sampai ke jajaran kader pada lapisan paling bawah, melalui jaringan partai di seluruh Indonesia. Ditambah taujih (arahan) dari Ketua Dewan Syuro Hilmi Aminuddin, bahwa PKS sekarang sebagai fihak yang “madzlum” (terdzalimi). Dengan dua tokoh PKS ini, para kader menyakini 1000 persen, mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishak, sesungguhnya menjadi korban konspirasi dari musuh-musuh politiknya menjelang pemilu 2014.

“Sang Pangeran” menghadapi para kadernya yang diterpa dimoralisasi akibat ulah para elitnya itu, masih terus berusaha membangun kembali motivasi dan moralitas para kadernya yang sudah bangkrut, sebagai akibat perbuatan terkutuk pemimpinnya itu. Sekarang dengan ungkapan korban “konspirasi”, langkah “Sang Pangeran” akan melakukan “road show” ke seluruh Indonesia, agar jajaran kader tetap solid, dan mesin partai tetap jalan.

Ketakutan para “kamerad” PKS, sangat kawatir kalau para kadernya mengalami mental “slowdown” (mogok), maka bisa berakibat PKS di tahun 2014, tidak mencapai parlemen treshold, yang sekarang dipatok 3,5 persen.

Dengan langkah-langkah yang sistematis, “Sang Pangeran” ingin membalikkan faktor negatif ini, menjadi positif, dan membangkitkan seluruh individu kader PKS, agar bangkit dengan penuh  hamasah (semangat), membela dan memperjuangkan partai, bahkan memenangkan dalam pertarungan politik nanti. Karena ini sudah menyangkut eksistensi partai.

Bila gagal membangkitkan semangat dan motivasi kader, maka para “kamerad”, hanya akan menunggu saat pensiun dari partai, dan partai hanya akan menjadi kenangan sejarah.

Sejatinya PKS yang menjadi represanti Jamaah Ikhwan itu, sudah sangat jauh menyimpang dari doktrin dasarnya, sebagai sebuah gerakan dakwah. PKS telah meninggalkan manhaj (methode) yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah, dan sekarang menjadi partia sekuler, sebagaimana Golkkar, PDIP, dan Demokrat, dan partai-partai sekuler lainnya. Sangat tidak nampak sedikitpun nuansa Islamnya yang dijalankan para elite partai dalam mengelola partai. Benar-benar PKS secara genetik telah meninggalkan hubungan dengan gerakan dakwah.

Kasus yang terjadi dilakukan oleh Lutfhi Hasan Ishak akan menjadi puncak gunung es. Peristiwa yang dialami Luthfi akan terjadi pada para elite partai lainnya. Memilih “Sang Pangeran” menjadi Presiden PKS, sangat berisiko, karena “Sang Pangeran” sudan pernah diperiksa atas pengakkuan Wa Ode, terkait dengan Proyek Pembangunan Daerah Tertinggal. Jika “Sang Pangeran” nantinya menyusul Luthfi Hasan Ishak, maka ini menjadi tahapan akhir dari eksistenis PKS, sebagai sebuah gerakan dakwah.

Tetapi, secara faktual, para “kamerad” PKS, selalu menampilkan wajah ganda, dan penuh dengan paradok-paradok. Sebagai sebuah gerakan dakwah yang mempunyai hubungan langsung dengan Jamaah Ikhwan, justeru tidak dapat menjdi tauladan, khususnya dalam mewujudkan cita-cita Islam dalam kehidupan, dan para “kamerad”nya terperosok ke dalam gaya hidup yang menyesakkan, benar-benar kumpulan kaum “borju” alias “qorun”.

“Sang Pangeran” hidupnya sangat flamboyan. Menggunakan jam tangan rolex, yang harganya, lebih dari Rp 70 juta, konon rumah empat tingkat, ditengah kampung di Utan Kayu, dan memiliki isteri “bule”, yang sekarang konon pula tinggal di apartemen di sekitar HI. Anak-anaknya sekolah di Eropa. Kegemarannya, makannan enak, dan dari hotel ke hotel. Apalagi, posisinya yang sangat strategis sebagai Sekjen, dan Wakil Ketua DPR, yang membidangai bidang anggaran.

Tokoh lainnya, Lutfhi Hasan Ishak, memiliki gaya hidup yang sama dengan Anis Mata, flamboyan. Memiliki tiga isteri. Konon, isterinya yang ketiga menempati rumah, berdasarkan investigasi berbagai media, sekarang menempati rumah di bilangan Jalan Haji Samali, Kalibata, dan nilainya harga lebih Rp 6 miliar. Dengan mobil berbagai merek. Sungguh sangat luar biasa gaya hidup para petinggi PKS.

Last but not least, tak kalahnya hebatnya, Ketua Dewan Syuro, sekarang membangun sebuah “kerajaan” di Lembang. Berbagai media telah melakukan investigasi, termasuk harian The Jakarta Post, melaporkan bagaimana posisi “kerajaan” Hilmi Aminuddin di Lembang. Ditambah dengan tanah yang luas, termasuk peternakan sapi.

Melihat gaya hidup para “kamerad” PKS, sungguh sangat luar biasa. Padahal, dulunya mereka ini orang-orang yang miskin. Tidak memiliki apa-apa. Tidak memiliki pekerjaan yang jelas. Kecuali dulunya sebagai da’i. Tetapi, hanya waktu kurang dari satu dekade, segalanya telah berubah, termasuk gaya hidup mereka telah berubah, secara dramatis.

Lalu. Apakah ini memang yang diajarkan oleh para shalafus shalih itu? Menumpuk kekayaan, sembari meninggalkan nilai-nilai yang mulia, yaitu al-Islam? Adakah Rasulullah Muhammad Shallahu alaihi wassalam, Abu Bakar Shidik, Umar ibn Khattab, Utsman, dan Ali mengajarkan seperti, menjadi kehidupan dunia itu, sebagai sesembahan? Wallahlu’alam.(voa-islam.com) 

By izisfm Dikirimkan di 1

Tinggalkan komentar